Senin, 24 Maret 2014

Migas Indonesia Dan Imperialisme

Hari ini, hampir 85% migas indonesia berada di tangan asing. Kendati Kekayaan migas besar, negeri kita tetap tidak mampu menyejahterakan rakyatnya. Banyak pihak, dari berbagai spektrum politik, yang hari ini mengutuk domimasi modal asing pada sektor migas dan kebijakan pemerintah indonesia. kebijakan tersebut memungkinkan semakin kuatnya dominasi asing ini.

Oleh sebab itu, berbicara mengenai sumber daya alam, terutama minyak dan gas bumi, mustahil untuk tidak berbicara mengenai modal asing yang bertengger di sumur-sumur migas yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Bukan nafsu dan kerakusan semata yang mendorong modal asing untuk melakukan hal tersebut, seperti ujar Marx, "Bersarang di mana-mana, bertempat di mana-mana, mengadakan hubungan dimana- mana" (wikipedia). Dibalik kerakusan tersebut terdapat gerak ekonomi kapitalisme-Imperialis (USA & Israel) dimana ekspor kapital menjadi keharusan dan konsekuensi dari akumulasi kapital. Dominasi modal asing tidak bisa dilawan hanya dengan menolak modal asing sambil berseru "Go to hell with your aid" (Ir. Soekarno)

OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) adalah suatu bentuk kartel. Di dalamnya negara- negara produsen minyak bersama-sama mengatur jumlah produksi mereka agar harga minyak tetap menguntungkan bagi mereka. Ironisnya pembentukan Kartel OPEC ini adalah respon terhadap dominasi perusahaan-perusahaan minyak raksasa saat itu(tahun 1950an) yang membentuk kartel dengan sebutan seven sisters terdiri dari Exxon Mobil, Chevron, Standard Oil, Texaco, Gulf Oil, Shell dan BP(british petroleum). Kartel seven sister ini pada masa kejayaannya mengontrol 85% cadanagn minyak dan mampu mendikte banayak negara produsen minyak. Pasca perang dunia kedua seven sisters menguasai sumur-sumur minyak di timur-tengah dan mereka mengontrol harga minyak dunia dengan kekuatan kartel mereka.

Hari ini hampir 85% minyak dan gas bumi indonesia dikuasai oleh asing. Investasi asing dalam sektor migas juga semakin meningkat dari 11 miliar dollar USA pada 2010 menjadi 13,7 miliar dollar USA, etrjadi peningkatan hampir 20% . Kenaikan investasi ini menunjukkan bahwa modal asing semakin sektor migas indonesia . Kenaikan ini juga dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menarik investasi asing dngan menaikkan pembagian hasil untuk produksi perusahhaan asing(production Sharing contract). Pada saat yang sama di tengah membanjirnya investasi asing untuk produksi migas, indonesia justru telah menjadi net importer minyak bumi. tidak mengherankan kalau sekarang banyak pihak dai berbagai spektrum politik dan masyarakat intelek mengeluh kedaulatan migas negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar