Banyak fakta menarik dan membanggakan mengenai gas alam di
Indonesia, yang sayangnya tidak banyak dari kita yang mengetahui. Di antaranya
bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil gas alam cair (LNG) terbesar
di dunia, juga pengekspor LNG terbesar ke-2 atau ke-3 di dunia (berkejaran
dengan Malaysia), sementara nomor satu masih dipegang oleh Qatar. Fakta lainnya
adalah Indonesia diyakini masih menyimpan cadangan gas dalam jumlah besar yang
belum dieksploitasi. Fakta-fakta ini sebenarnya begitu memberikan harapan
kepada kita semua, bahwa Indonesia bisa sukses melewati periode di mana makin
menipis dan mahalnya sumber energi berbasis fosil.
Total cadangan gas dunia adalah 6,112
triliun kaki persegi, dan Indonesia ada di peringkat ke-11 dunia dengan
cadangan 98 triliun kaki persegi. Inilah daftar 20 besar
Negara dengan cadangan
gas terbesar dalam satuan triliun kaki persegi:
1.
Rusia = 1,680
2.
Iran = 971
3.
Qatar = 911
4.
Arab Saudi = 241
5.
United Arab Emirates = 214
6.
AmerikaSerikat = 193
7.
Nigeria = 185
8.
Aljazair = 161
9.
Venezuela = 151
10.
Irak = 112
11.
Indonesia = 98
12.
Norwegia = 84
13.
Malaysia = 75
14.
Turkmenistan = 71
15.
Uzbekistan = 66
16.
Kazakhstan = 65
17.
Belanda = 62
18.
Mesir = 59
19.
Kanada = 57
20.
Kuwait = 56
Total cadangan 20 negara di atas adalah
5,510 triliun kaki persegi dan total cadangan negara-negara di luar 20 besar di
atas adalah 602 triliun kaki persegi.
Salah satu ladang gas di Indonesia juga
masuk dalam daftar ladang gas terbesar dalam satuan (*109 m³), yakni Ladang Gas
Tangguh di Papua. Berikut adalah
daftarnya:
1.
Asalouyeh, South Pars Gas Field (10000 – 15000)
2.
Urengoy gas field (10000)
3.
Shtokman field (3200)
4.
Karachaganak field, Kazakhstan (1800)
5.
Slochteren (1500)
6.
Troll (1325)
7.
Greater Gorgon (1100)
8.
Shah Deniz gas field (800)
9.
Tangguh gas field , Indonesia (500)
10.
Sakhalin-I (485)
11.
Ormen Lange (400)
12.
Jonah Field (300)
13.
Snøhvit (140)
14.
Barnett Shale (60 – 900)
15.
Maui gas field (?)
Sebenarnya, pemanfaatan gas
alam di Indonesia dimulai pada
tahun 1960-an. Yaitu, ketika produksi gas alam dari ladang gas alam
PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke
pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang. Pemanfaatan gas
alam di Indonesia berkembang dengan pesat sejak tahun 1974, ketika gas alam
mulai dialirkan lewat pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera
Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang.
Karena sudah terlalu tua dan tidak
efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup, dan digantikan oleh Pusri IB yang
dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Waktu itu, Pusri IB
merupakan pabrik pupuk paling modern di Asia, dengan memanfaatkan teknologi
tinggi.
Di Jawa Barat, pada tahun yang sama, gas
alam juga dipasok lewat pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off
shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah
dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas alam yang
membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten, memasok gas alam antara
lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja dan pembangkit
listrik tenaga gas dan uap.
LNG
vs LPG (Elpiji)
Mungkin masih banyak dari kita yang
bertanya –tanya mengenai perbedaan LNG
dengan LPG. Secara teknis maupun fokus penggunaan, keduanya
memang berbeda. Banyak dari kita yang jauh lebih mengenal LPG (Elpiji)
dibanding LNG. Elpiji merupakan campuran dari berbagai unsur Hydrocarbon yang berasal dari penyulingan minyak mentah dan berbentuk gas. Dengan menambahtekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair, sehingga dapat disebut sebagai “gas minyak bumi yang dicairkan” atau
Liquefied Petroleum Gas. Di Indonesia, Elpiji sudah diperkenalkan oleh
Pertamina sejak 1968, dan kini pemakaiannya semakin luas.
Sementara LNG atau Liquefied
Natural Gas adalah gas
alam yang dicairkan, yang komposisi kimiaterbanyaknya adalah Methana, lalu sedikit Ethana, Propana, Butana dan sedikit sekali Pentana danNitrogen. LNG biasanya dipakai di Industri sebagai bahan bakar.
Bagaimana perkembangan saat ini?
Tentu saja sangat besar harapan kita
semua, agar gas, aset bangsa yang luar biasa tersebut dapat dikelola oleh dan
dimanfaatkan untuk anak bangsa, demi kelangsungan pembangunan dan pertumbuhan
di berbagai sektor. Sungguh merupakan kabar yang membanggakan karena pada bulan
Juni tahun ini masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Lampung patut
berbangga, karena salah satu fasilitas gas alam cair (LNG) terbesar di dunia
akan mulai beroperasi di Lampung. Fasilitas LNG ini disebut floating
storage and regasification unit (FSRU)
atau unit penyimpanan dan regasifikasi dan terapung dibuat oleh PGN (Perusahaan
Gas Negara). Dengan kapasitas sebesar 170.000 metrik ton, FSRU Lampung menjadi
yang terbesar di Indonesia. Posisi kedua adalah Tangguh (di Papua) dengan
kapasitas 145 meter kubik dan posisi ketiga adalah Kilang Bontang (Kalimantan
Timur) dengan kapasitas 125 meter kubik.
FSRU adalah fasilitas terapung yang berfungsi sebagai penyimpanan
dan penguapan kembali gas alam dalam bentuk cair menjadi dalam bentuk gas
seperti pada aslinya. FSRU merupakan salah satu solusi PGN untuk mempermudah
transportasi gas dan untuk memenuhi kebutuhan gas di daerah yang jauh dari
sumber gas, karena biaya pembangunan infrastruktur pipa gas memang sangat
mahal. Ladang gas Indonesia sendiri memang kebanyakan berada di Indonesia
bagian timur, ditambah lagi bentuk geografis negara kita yang terdiri dari
kepulauan membuat transportasi gas lebih susah. Di situasi seperti inilah FSRU
menjadi salah satu solusinya.
Pada pengoperasiannya nanti, FSRU Lampung akan mengambil pasokan
gas bumi dari Blok Tangguh di Papua dan membawanya dengan berlayar ke Lampung.
Sebelumnya, pasokan gas di Blok Tangguh diekspor ke Sempra, Amerika Serikat.
FSRU Lampung adalah sebuah investasi
padat modal, akan tetapi dipastikan sepadan dengan dampak ekonomi dan dampak
positif di sektor-sektor lain. PGN berkomitmen dengan berinvestasi hingga US$
3000 juta untuk pembuatan FSRU Lampung, dan pembangunannya dimulai sejak
Februari 2013 kemarin di galangan kapal Hyundai Heavy Industries di Ulsan,
Korea Selatan. Sedangkan untuk pengoperasiannya PGN memilih Hoegh Ltd, sebuah
perusahaan penyedia jasa dan transportasi LNG yang berbasis di Norwegia, dan
perusahaan rekayasa industry milik pemerintah, PT Rekayasa Industri.
Sekali lagi, ini adalah investasi padat
modal yang berani. Bayangkan saja, untuk menyambungkan Labuhan Maringgai di
Lampung Timur dan lokasi FSRU Lampung yang berada di wilayah lepas pantai
Labuhan Maringgai, PGN membangun infrastruktur system pipa gas sepanjang 21 KM.
Kemudian PGN juga membangun pipa distribusi sepanjang 88 KM dari Stasiun
Penerimaan dan Pembagi Gas Bumi di Labuhan Maringgai menuju kota Bandar
Lampung. FSRU Lampung merupakan FSRU kedua yang dibangun PGN. Sebelumnya, PGN
bekerjasama dengan Pertamina melalui anak perusahaan PT Nusantara Regas,
membangun FSRU Jawa Barat yang telah beroperasi sejak tahun 2012.
Kenapa FSRU Lampung sangat penting?
FSRU Lampung adalah investasi yang sepadan. Nantinya, fasilitas
ini akan memenuhi kebutuhan energi gas bumi masyarakat di Lampung, Sumatera
Selatan dan Jawa Bagian Barat –baik di sektor rumah tangga, komersil, industri,
maupun listrik–. Di sektor listrik, PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) juga akan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan gas
pembangkit listriknya, terutama untuk menopang pembangkit listrik saat beban
puncak malam hari. Dengan meningkatnya kemampuan jumlah pasokan gas bumi ke
wilayah Lampung dan Jabar, kebutuhan energi konsumen industri yang terus
berkembang akan dapat terpenuhi.
Keberadaan dan kestabilan pasokan
gas, terutama menjadi pemicu pertumbuhan bisnis sektor industri, dan
menumbuhkan kepercayaan investor lain terhadap kemampuan Indonesia dalam
memenuhi kebutuhan energi di sektor industri. Terus tumbuhnya sektor industri
tentunya juga akan membuka berbagai kesempatan-kesempatan ekonomi di wilayah
sekitarnya, baik itu kesempatan kerja maupun sektor usaha-usaha kecil dan
menengah.
Pilar energi itu bernama
PGN
Tidak mengherankan kalau banyak
dari kita berpikir bahwa pengelola gas di Indonesia dari hulu ke hilir hanyalah
Pertamina, yakni dalam bentuk tabung-tabung elpiji yang ada di dapur
rumah-rumah kita. Padahal, selama hampir 50 tahun ini, ada BUMN yang khusus
menangani gas bumi, yakni PGN. Di masa lalu, PGN bernama PN Gas. PGN sejauh ini
telah berhasil membangun jaringan pipa gas bumi di Indonesia sepanjang lebih
dari 6.000 KM (lebih panjang dari jarak antara Sabang ke Merauke yang 5248 KM!)
Layaknya kota-kota besar lain di dunia, sebetulnya sudah ada
daerah-daerah tertentu di beberapa kota Indonesia yang telah lama dipasangi
saluran gas bumi, contohnya daerah Menteng di Jakarta. Selain di Jakarta, PGN
juga beroperasi di Jawa Barat (Bekasi, Karawang, Bogor, Banten, Cirebon),
JawaTimur (Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan), dan di Pulau Sumatera (Medan,
Pekanbaru, Batam, Lampung, Palembang).
PGN bersama dengan Hoegh Ltd akan
bekerjasama untuk FSRU Lampung hingga 20 tahun, sebuah komitmen yang besar, dan
SKK Migas pun telah membuat rencana pasokan FSRU Lampung hingga tahun 2021.
Secara sederhana bias disimpulkan bahwa adanya pasokan energi yang lebih besar
dan stabil akan membawa kemajuan dan perkembangan bagi wilayah Lampung, Sumatra
Selatan dan Jawa Barat. FSRU Lampung akan membawa efek multiple yang tidak terbayangkan, dan bisa
menjadi benchmark bagi solusi energi di daerah-daerah
lain di Indonesia, untuk menumbuh-kembangkan ekonomi secara berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar